* selebaran yang disebar pada aksi Peringatan Darurat di Makassar, 22 Agustus 2024
Benar! Indonesia sedang darurat! Bukan karena bencana alam atau perang, tapi situasi yang mungkin saja membawa Indonesia menjadi Bangladesh selanjutnya !!!
Kita semua paham, aturan apapun bisa mereka buat dan anulir seenaknya. Tidak usah menggerutu dan mengeluh. Para elit bisa melakukannya karena sistemnya yang mendukung untuk itu. Tidak ada gunanya bicara moral dan etika para elit, toh politik kita memang seperti itu. Mengagung-agungkan demokrasi, membela dan berusaha untuk mencucinya, tidak akan membawa kita kemana-mana. Karena sejatinya inilah cara paling efisien kaum elit untuk tetap berkuasa, tanpa harus menjadi “diktator”.
Demokrasi yang kita bela, bukanlah demokrasi yang memberi kita kuasa untuk menentukan nasib kita. Demokrasi yang anda perjuangkan hanya memberi legitimasi kepada orang-orang yang punya akses untuk masuk ke dalam lingkaran kekuasaan.
Karena kita adalah kaum mendang-mending, yang dihimpit masalah ekonomi sehari-hari, upah tidak manusiawi, ancaman penggusuran, kehilangan paksa tanah ulayat dan lahan garapan, serta semakin tidak masuk akalnya sistem pendidikan, haruslah punya mimpi berbeda dengan para elit. Kita harus memutus mata rantai penindasan ini sejak dari pikiran kita, dengan cara memikirkan wadah-wadah demokratis yang betul-betul demokratis dan berada di kendali tangan kita.
Oleh karena itu kita harus mengembalikan politik sebagai pengelolaan langsung atas urusan-urusan masyarakat, oleh para warga melalui institusi-institusi demokratis, terutama berupa dewan warga, dewan buruh, dewan petani, dan seterusnya. Kita harus kembalikan politik di ruang-ruang terbuka, di sudut-sudut jalan, taman, warung, dan ruang-ruang umum. Orang-orang akan berkumpul secara spontan di alun-alun, atau balai desa, memulai rapat umum untuk membahas masalah mereka dan memutuskan tindakan.
Institusi-institusi demokratis ini haruslah bersifat terbuka, politis, dan berbasis pada demokrasi secara langsung. Ide dasarnya sederhana, setiap orang harus dapat mewakili dirinya sendiri, dan proses politik harus bisa berlangsung di tingkat paling kecil (komunitas, tempat kerja, sekolah, kampung, dst). Dalam demokrasi langsung “wakil” tidak diperlukan dan semua proses pengambilan keputusan dilakukan dari bawah. Oleh karenanya, kita tidak memerlukan elit-elit begundal untuk mewakili kita. Putuskan hubungan kita dengan mereka sejak awal! Inilah arti sejati dari rebut kembali kedaulatan, kembalikan ke tangan rakyat!
Proses politik ini membiarkan politik dan demokrasi berlangsung tanpa perantara dan menghubungkan rakyat dengan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya dan menjadi subjek politik secara nyata. Atau dengan kata lain yang mewakili dirinya sendiri.
Hanya dengan memapankan bentuk-bentuk swa-organisasi inilah, embrio perubahan sosial secara nyata dapat ditumbuhkan untuk menggantikan tatanan sosial yang lapuk ini.
BANGUN KUASA RAKYAT!
BANGUN SOSIALISME LIBERTARIAN!
Perhimpunan Merdeka – Makassar